Suriah, infoDKJ.com | Jumat, 16 Mei 2025
Dunia kembali dikejutkan dengan sebuah peristiwa bersejarah yang mencerminkan perubahan besar dalam peta geopolitik Timur Tengah. Sosok Abu Muhammad Al-Jaulani, yang dahulu dikenal sebagai buronan internasional dan sempat masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Amerika Serikat, kini tampil sebagai tokoh sentral dalam pertemuan diplomatik bersama mantan Presiden AS, Donald Trump. Kamis (15/5/2025).
Pertemuan tersebut terjadi dalam suasana yang menandai pencabutan sanksi internasional terhadap Suriah serta pengakuan de facto atas kedaulatan pemerintah baru Suriah yang kini dipimpin oleh Ahmad al-Sharaa, salah satu panglima penting dalam perjuangan bersenjata melawan rezim Bashar al-Assad.
Pengakuan ini disebut-sebut sebagai hasil nyata dari panjangnya perjuangan rakyat Suriah yang berpuluh tahun berada dalam tekanan perang saudara, embargo internasional, dan intervensi asing. Pemerintah baru yang terbentuk pasca-runtuhnya rezim Assad kini mulai membuka jalan menuju stabilitas dan pembangunan kembali negeri yang selama ini dikenal sebagai pusat perlawanan di kawasan Syam.
Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup tersebut, Trump dikabarkan menyatakan kesediaannya untuk mendukung upaya rekonstruksi Suriah serta menjalin kembali hubungan ekonomi dan diplomatik yang sebelumnya terputus. Pencabutan sanksi internasional juga dinilai sebagai langkah awal dalam membuka kembali akses Suriah terhadap sektor ekonomi, pendidikan, militer, investasi, hingga kesehatan.
Sementara itu, kalangan kritikus, termasuk simpatisan kelompok Hizbut Tahrir, Syiah, dan fraksi-fraksi Daesh, menilai pertemuan ini sebagai bentuk kompromi yang merendahkan martabat perjuangan jihad di Suriah. Namun, pemerintah baru Suriah menepis anggapan tersebut, menegaskan bahwa keputusan politik strategis hanya bisa diambil oleh mereka yang selama ini menjadi aktor nyata di medan pertempuran, bukan oleh pihak luar yang sekadar bersuara tanpa kontribusi nyata.
"Pencabutan sanksi ini bukan sekadar kemenangan simbolik, tapi langkah konkret dalam membangun masa depan Suriah yang berdaulat dan mandiri," ujar salah satu juru bicara pemerintah baru Suriah.
Dengan semakin terbukanya peluang internasional dan dukungan diplomatik yang mulai mengalir, pemerintah baru Suriah berharap mampu mentransformasi negeri itu menjadi kekuatan baru di dunia Islam, berlandaskan semangat keadilan, kemanusiaan, dan kedaulatan.
(Adang)