Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 26 Mei 2025
PERIODE MADINAH
Umat Islam sudah boleh melaksanakan umrah karena sudah setahun sesuai Perjanjian Hudaibiyah.
"Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan alam semesta ini."
KISAH RASULULLAH ﷺ
Umrah Qadha
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
"Waktu begitu cepat berlalu, tidak terasa setahun sudah berlalu sejak Perjanjian Hudaibiyah disepakati. Rasulullah ﷺ segera memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat melakukan umratul qadha atau umrah pengganti."
Menjelang akhir tahun ke-7 Hijriyah, kaum muslimin bersiap-siap hendak melaksanakan ibadah umrah yang tertunda ke Makkah. Karenanya umrah ini dinamakan Umrah Qadha.
Jumlah kaum muslimin yang ikut sebanyak 2.000 orang, tidak termasuk anak-anak dan wanita. Sebagian besar adalah orang-orang yang menghadiri Perjanjian Hudaibiyah (HR. Bukhari).
Kini mereka berbondong-bondong berangkat ke Makkah, menggiring ternak kurban 60 ekor unta yang akan mereka sembelih dalam kesempatan berumrah. Seruan itu disambut dengan penuh semangat oleh 2.000 sahabat yang berangkat dengan langsung mengenakan pakaian ihram.
Dalam perjalanan ini, kaum muslimin diharuskan membawa senjata pedang yang disarungkan, untuk berjaga-jaga bila kaum Quraisy berkhianat.
Namun Rasulullah ﷺ tetap waspada terhadap pengkhianatan. Karena itu, beliau memerintahkan Muhammad bin Maslamah memimpin 100 pasukan berkuda untuk berangkat mendahului rombongan haji.
Kaum muslimin berangkat ke Makkah dengan hati penuh rindu untuk berthawaf di sekeliling Ka`bah. Mereka diliputi kegembiraan setelah tertunda setahun yang lalu, kini mereka bisa melakukan umrah.
Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk melihat lagi tempat mereka dilahirkan. Mereka ingin lagi menghirup udara tanah suci yang harum, dengan penuh rasa hormat dan syahdu.
Mereka ingin menyentuh bumi suci yang penuh berkah, tempat Rasulullah ﷺ dilahirkan dan tempat wahyu pertama diturunkan.
Ketika orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, mereka segera keluar dari Makkah. Penduduk Makkah mendirikan tenda-tenda di bukit-bukit sekitar Makkah—dari Bukit Abu Qubais hingga Hiro—untuk melihat kedatangan kaum muslimin.
Mereka ingin menyaksikan bekas kawan-kawan mereka yang dulu pernah mereka usir.
Saat mereka melihat rombongan Rasulullah ﷺ, mereka saling berbisik. Kaum musyrikin Quraisy menyebarkan kabar bohong bahwa kaum muslimin sedang mengalami kesukaran dan kepayahan karena terjadi penyakit demam yang melanda Yatsrib.
Bahagianya Bisa ke Masjidil Haram - Ka’bah
Begitu Ka’bah terlihat, kaum muslimin serentak berseru: "Labaik, Labaik!"
Setibanya di depan Ka’bah, Rasulullah ﷺ membiarkan lengan kanan atasnya terbuka sambil mengucapkan:
"Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang pada hari ini dapat menyaksikan kekuatan yang datang dari hadirat-Nya."
Beliau kemudian menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan berjalan cepat mengelilingi Ka`bah, berthawaf diikuti para sahabat dan kaum muslimin.
Setelah menyentuh Rukun Yamani di sudut selatan, beliau berjalan biasa sampai kembali menyentuh Hajar Aswad. Kemudian berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali, dan selebihnya berjalan biasa.
Setiap kali beliau berlari, 2.000 sahabat ikut berlari-lari. Setiap kali Rasulullah ﷺ berjalan, mereka pun serentak ikut berjalan.
Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy. Hilanglah anggapan mereka bahwa Rasulullah ﷺ dan sahabatnya adalah orang-orang yang lemah dan dalam keadaan sulit.
Gerak Kaum Muslimin di Umrah Qadha
Itu menunjukkan siapa golongan yang mulia.
Bukanlah disebut mulia orang yang berumah besar dan bermobil mewah.
Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat, membuka selubung kebodohan, memberi peringatan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai.
Itulah orang yang mulia, meski tempat tinggalnya hanya gubuk buruk dan pakaiannya hanya baju bertambal.
Setelah selesai thawaf, beliau melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah. Setelah selesai sa’i dan hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau berkata:
"Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban, dan setiap tempat di Makkah dapat dijadikan tempat untuk menyembelih hewan qurban."
Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut di Marwah. Kaum muslimin pun melakukan seperti apa yang beliau lakukan.
Setelah itu, beliau mengutus orang-orang agar pergi ke Ya’jaj untuk menggantikan orang-orang yang diberi tugas menjaga persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan manasik umrah. Mereka kemudian datang dan melaksanakan manasik.
Rasulullah ﷺ tinggal di Makkah selama tiga hari. Pagi-pagi pada hari keempat, orang-orang musyrik menemui Ali mengingatkan tentang Perjanjian Hudaibiyah dan berkata:
"Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat kami, karena waktunya sudah habis."
Maka Nabi ﷺ pun keluar meninggalkan Makkah dan singgah di Sarf.
Ketika hendak keluar meninggalkan Makkah, mereka diikuti oleh putri dari Hamzah yang berjalan sambil memanggil:
"Paman...!"
"Paman...!"
Kemudian ia dihampiri Ali, dan Ali bergerak cepat mengambilnya.
Sesampai di Madinah, Ali, Ja’far, dan Zaid berebut untuk mengurusnya. Namun Nabi ﷺ memutuskan bahwa yang berhak mengurusnya adalah Ja’far, karena istri Ja’far adalah saudara dari ibu putri Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama kedudukannya dengan ibu).
Khalid bin Walid Mengakui Kebesaran Islam
Dalam masa tiga hari di Makkah, Rasulullah ﷺ menerima lamaran seorang wanita bernama Maimunah, berusia 26 tahun. Ia adalah bibi Khalid bin Walid. Rasulullah ﷺ ingin sekali mengundang orang-orang Quraisy dalam pesta pernikahannya.
Namun orang-orang itu menolak dan meminta beliau bersama para sahabatnya secepatnya keluar dari Makkah karena waktu yang disepakati telah habis.
Maka Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya pun berangkat pulang.
Perbuatan kaum muslimin yang menjauhi minuman keras, tidak berbuat maksiat, dan tidak rakus dalam hal makan-minum membuat hati Khalid bin Walid sangat tertarik.
Ditambah lagi bibinya sendiri telah menikah dengan Rasulullah ﷺ. Khalid berkata kepada kawan-kawannya:
"Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan alam semesta ini.
Lihatlah, setiap orang yang mempunyai hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya.”
Namun, Ikrimah, anak Abu Jahal, berkata ngeri mendengarnya. Ia langsung berbicara:
"Khalid, bukankah para pengikut Muhammad telah melukai ayahmu, juga membunuh paman dan sepupumu? Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan berkata-kata seperti itu!"
Shallu ‘Alan Nabi…!
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 132...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri