Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 30 Mei 2025
PERIODE MEDINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Persiapan pembebasan makkah
Memasuki Pinggiran Makkah
Rasululah saw mulai bergerak meninggalkan Muara azh-Zhahran menuju Makkah pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke 8 Hijriah. Disaat yang sama, Rasulullah saw,. Mengutus Abbas menyusul Abu sofyan yang telah lebih dahulu pulang ke Makkah.
Rasulullah berpesan supaya suruhlah Abu Sofyan berdiri di persimpangan dua gunung, agar dia menyaksikan kaum muslimin (HR Bukhari).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Merahasiakan Penyerangan
Sepeninggal Abu Sofyan , Rasulullah saw. Segera mempersiapkan rencana penyerangan terhadap orang Qureisy. Namun, tak satupun sahabat yang diberitahukan tentang hal ini, termasuk istri beliau.
Rasulullah saw, hanya memerintahkan kepada para sahabat untuk mempersiapkan perlengkapan perang tanpa menjelaskan lebih jauh, berperang dengan siapa dan menuju daerah mana.
“Bersiaplah !” kata Nabi saw.
Perintah serupa muga diberikan kepada istri beliau “Aisyah”. “Rasulullah saw, menemuiku dan dan memerintahkan agar aku mempersiapkan perlengkapan perang untuknya.” Ujar Aisyah.
Abu Bakar menemui putrinya, Aisyah. “Wahai anakku, apakah Rasulullah saw memerintahkanmu untuk mempersiapkan perbekalan alat perang untuknya?”
“Benar ayah!”
“Tahukah engkau kemana beliau hendak pergi ?”
“Demi Allah, aku tidak tahu”
Tak lama sesudah itu Rasa penasaran mereka akhirnya terjawab. Rasul Allah saw. Memberi tahu bahwa kaum muslimin bersiap-siap untuk berangkat ke Makkah.
Mereka di wanti-wanti supaya bersungguh-sungguh dan cermat dalam melakukan persiapan.
Sasaran mereka kali ini adalah Makkah. Beliau pun berdoa.
“Ya Allah, tutuplah mata dan pendengaran orang-orang Quraisy dan tidak mendengar kabar ini, hingga kami tiba di sana secara tiba-tiba.”
Pasukan Muslim berjumlah 10.000 orang. Mereka adalah pejuang militan yang selalu bangun tengah malam untuk shalat, berpuasa di siang hari, dan selalu siap sepanjang waktu menjadi perisai keselamatan Rasulullah saw.
Mengapa Rasullah saw merahasiakan rencana penyerangan ke Makkah ?
Pertama; Karena di Madinah terdapat beberapa orang munafik.
Kedua; Beliau ingin mengagetkan orang Quraisy dengan kedatangannya,
ketiga; Nabi tidak menginginkan terjadinya peperangan.
Surat Hathib bin Abi Balta’ah
Namun seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta’ah menulis surat kepada Abu Sofyan tentang rencana ini. Surat yang berbunyi “Saat ini Muhammad sedang mempersiapkan pasukan untuk memerangi kalian”, surat itu dibawa oleh Sarah, salah seorang budak wanita yang diberi uang oleh Hathib.
Dengan mengatakan ”Bawalah surat ini dan berangkatlah pada malam hari”.
Setelah menyembunyikan surat dalam gulungan rambutnya wanita itu pun berangkat.
Kemudian Rasulullah ﷺ diberi wahyu tentang hal tersebut melalui Jibril, bahwa kurir surat tersebut telah berada di Raudhah Khakh, Rasulullah saw, lalu memanggil Sahabat.
“Sehingga beliau dengan cepat menyuruh Ali Bin Abi Thalib, Zubair, Murtsit dan Al Miqdad menyusul pembawa surat itu. Keempatnya pun memacu kudanya kencang-kencang. Sehingga mereka berhasil menyusul Sarah. Setelah tersusur mereka berkata.
“Serahkan surat yang kau bawa!”
“Aku tidak membawa sepucuk surat pun.”
Ali dan Al Miqdad meggeledah hewan tunggangan dan barang bawaan wanita itu dengan teliti. Ketika tidak juga menemukan apa yang dicari, Ali Bin Abi Thalib berkata,
“Aku bersumpah bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah berbohong, jika engkau tidak menyerahkan surat itu, kami benar-benar akan memeriksa dirimu!”
Mengetahui kesungguhan Ali, wanita itu pun menyerahkan surat yang ada di gulungan rambutnya. Setelah surat itu sampai di tangan, Rasulullah ﷺ, beliau memanggil Hathib.
“Apa ini wahai Hathib?”
“Rasulullah,” jawab Hathib,
“Aku bukan Golongan Quraisy, demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah. Sedikit pun tidak ada perubahan pada diri saya.”
”Namun, saya mempunyai anak dan istri di tengah-tengah Quraisy. ltu sebabnya saya hendak memberitahu mereka.”
”Demi Allah aku tidak akan mejadi kafir setelah aku masuk Islam, dan tidak pula membenci agamaku sedikitpun” Jawab Hathib.
Umar bin Khatab maju dan berkata,
“Wahai Rasullulah, dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya. Lelaki ini munafik ini bermuka dua Izinkan aku memenggal kepalanya seru Umar memecah keheningan, serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya”
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai Umar, sesungguhnya ia pernah ikut dalam Perang Badar. Apakah kau tahu kalau Allah meninggikan martabat orang yang turut dalam Perang Badar, lalu Allah menitahkan,
“Berbuatlah sekehendak kalian, karena Aku telah mengampuni kalian”
Umar pun terhenyak, sadar dan menangis sambil menyesali dirinya sambil berkata:
“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Saat berhadapan dengan musuh, kemampuan menyimpan rahasia menjadi sangat penting. Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
“Manusia lebih banyak tergelincir karena mulutnya daripada karena kakinya.”
Kerahasiaan dalam gerakan ke Makkah ini diperlukan agar pasukan muslimin mampu memberikan kejutan, sehingga Makkah bisa takluk tanpa pertumpahan darah.
Pasukan Muslim Berangkat
Akhirnya berangkatlah pasukan muslim. Saat itu adalah tahun ke-8 Hijriyah. Di tengah perjalanan, suku demi suku datang bergabung.
Karena itu ketika tiba di Marr Az Zhahran, jumlah mereka mencapai 10.000 orang! Jumlah yang belum pernah disaksikan dalam sejarah Madinah.
Pihak Quraisy yang sampai saat itu belum tahu adanya bahaya akhirnya mulai curiga. Mereka mengutus Abu Sufyan untuk mengetahui apa yang terjadi.
Di suatu tempat, Abu Sofyan melihat kilauan api dari kejauhan. Ia bertanya kepada mereka.
“Aku belum pernah sekalipun melihat api dan pasukan seperti malam ini!, siapakah pemilik api-api itu?”
Tak berapa lama Abu Sofyan melihat kedatangan Abbas paman nabi yang telah masuk Islam, dan menanyakannya tentang api itu.
“Wahai Abu sofyan api itu adalah milik Rasulullah, apakah kamu telah ber-islam” katanya.
“ Wahai Abu sofyan, sesungguhnya Rasul datang dengan bersama 10.000 orang pasukan bersenjata bersama seluruh suku Arab untuk menaklukkan Makkah. Saat ini keputusannya ada padamu.
Jika mereka menaklukkan dengan kekuatan, Qureisy pasti akan hancur. Karena itu ikutlah denganku bersama menghadapnya dan serahkan Makkah secara damai.
“Baiklah, tapi aku takut dia akan membunuhku karena aku telah membunuh banyak sekali pengikutnya,” jawab Abu Sofyan.
Abbas paman Rasulullah ﷺ. Abbas tak banyak cakap ia segera membawa Abu Sufyan ke perkemahan kaum muslimin.
Mereka bertemu dengan Umar bin Khattab yang sedang piket berada di pos penjagaan.
“Semoga Allah menyelamatkanmu, wahai pengkhianat yang tidak bisa memegang janji. Serahkan lehermu kepadaku untuk ku penggal” bentak Umar saat berjumpa. Abu sofyan.
“Lepaskan dia ! Dia dalam jaminanku “, cegah Abbas.
“Tidak ada seorangpun yang dapat menjaminmu hari ini. Wahai abu Sofyan serahkan lehermu” bentak Umar lagi.
“Kukatakan sekali lagi ia berada dalam jaminanku” kata Abbas lagi. Umar tidak bergeming ia tetap mengulangi perkataannya.
“Jika demikian lakukanlah!. Sesungguhnya Abu Sofyan merupakan keturunan Adi Manaf. Jika dia keturunanmu Adi bin Kaab, tentu kamu tidak akan memperlakukannya seperti itu”.
Umar terhenyak mendengar itu, dan dari kedua kelopak matanya keluar butir-butir putih dan dia menangis.
“Engkau baru masuk islam saja aku sangat bahagia dengan ke islamanmu. Karena Rasulullah lebih bahagia dengan keislamanmu dari pada keislaman ayahku. Dan aku hanya berkehendak apa yang dikehendaki Rasulullah” kata Umar.
Lalu, mereka datang menghadap Rasulullah saw. `Abbas mengisahkan apa yang terjadi pada diri Abu sofyan. Rasulullah seksama menyimak apa yang di ucapkan Abbas.
Setelah Abbas selesai, beliau berkata singkat. “Pergilah kerumahmu wahai Abbas dan datanglah besok pagi kesini.”
Abbas dan Abu Sofyan segera melangkah keluar. Keesokan harinya Ia diterima Rasulullah ﷺ di dalam Tenda beliau. Dan menyambutnya dengan kata-kata.
“Kasihan engkau Abu Sufyan,” sabda Rasulullah ﷺ.
“Bukankah sudah saatnya bagimu mengetahui, bahwa tiada Tuhan selain Allah?”
“Demi ayah dan ibuku,” jawab Abu Sufyan.
“Engkau Sungguh orang yang murah hati, mulia dan menjaga hubungan kekeluargaan. Aku memang sudah menduga bahwa tiada Tuhan selain Allah itu sudah mencukupi segalanya.”
“Kasihan engkau wahai Abu Sufyan,” demikian sabda Rasulullah ﷺ lagi.
“Bukankah tiba waktunya engkau harus mengetahui bahwa aku Rasulullah?”
“Demi Ayah Ibuku engkau sungguh bijaksana, pemurah dan suka menjaga hubungan kekeluargaan, namun untuk mengakui engkau adalah utusan Allah masih ada ganjalan di hatiku.” kata Abu Sofyan.
Akhirnya, Abbas pun turun bicara,
“Celaka engkau Abu Sufyan bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, sebelum beliau menghukum mati engkau karena permusuhan keras yang telah engkau lancarkan pada Islam!”
Abu Sofyan pun kemudian mengucapkan Syahadat
“Abu Sufyan pun memeluk Islam. Kemudian Abbas berbisik”
“Wahai Rasulullah, Abu Sufyan menyenangi sesuatu yang bisa dibanggakan, maka berilah dia sedikit kebanggaan.”
“Baiklah,” sabda Rasulullah ﷺ,
“Barangsiapa yang berlindung di rumah Abu Sufyan, dirinya akan aman.”
“Barangsiapa yang memasuki Masjidil Haram, juga akan aman.”
”Siapa yang menutup pintu rumahnya dia akan naman”
Memasuki Pinggiran Makkah
Rasululah saw mulai bergerak meninggalkan Muara azh-Zhahran menuju Makkah pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke 8 Hijriah. Disaat yang sama, Rasulullah saw,. Mengutus Abbas menyusul Abu sofyan yang telah lebih dahulu pulang ke Makkah.
Rasulullah berpesan supaya suruhlah Abu Sofyan berdiri di persimpangan dua gunung, agar dia menyaksikan kaum muslimin (HR Bukhari).
Abbas merhasil menyusul Abu sofyan dan melaksanakan apa yang diperintahkan Nabi dengan membawa Abu Sofyan mendaki sebuah bukit.
Dari atas bukit, Abbas dan Abu Sufyan melihat pasukan lewat barisan demi barisan. Begitu melihat bahwa Rasulullah ﷺ dikelilingi pasukan Muhajirin dan Anshar, Abu Sufyan berkata,
“Tidak seorang pun sanggup menghadapi mereka Abbas, kerajaan keponakanmu akan menjadi besar!”
“Wahai Abu Sufyan, ini bukan kerajaan melainkan kenabian,”
“Kalau begitu akan lebih bagus lagi.”
Untuk mengelabui musuh, Rasulullah ﷺ mengirim patroli kecil di bawah pimpinan Abu Qatadah ke arah Batan ldam 30 mil dari Madinah ke arah Syria.
Tujuan ekspedisi ini untuk memberi kesan kepada orang Quraisy bahwa Rasulullah ﷺ akan mengadakan serangan ke sana, bukan ke Makkah.
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
(Bersambung ke bagian 136...)
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri