Jakarta Barat, infoDKJ.com | Warga Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, kembali dibuat geram atas lambannya respons dari pihak Telkom terhadap kondisi tiang telekomunikasi yang rusak dan membahayakan. Salah satu kasus yang mencolok terjadi di Jalan Pengukiran 3, tepatnya di depan rumah nomor 17 RT 11 RW 02.
Tiang Telkom di lokasi tersebut diketahui sudah dalam kondisi keropos, patah, dan nyaris ambruk. Bahkan sejak malam Selasa, 13 Mei 2025, tiang tersebut telah rubuh dan hanya tertahan oleh kabel di bagian atas. Namun hingga Kamis, 15 Mei 2025, belum ada tindakan konkret dari Telkom untuk memperbaiki kondisi tersebut, meskipun warga telah melaporkan sebanyak tujuh kali, termasuk melalui CRM dan call center 147 juga 112. Salah satu nomor laporan yang tercatat adalah 1-mvwuhj6.
“Ini bukan kali pertama Telkom tidak merespons laporan warga. Kami sudah berkali-kali melapor, tapi tidak ada satu pun petugas yang datang. Harus tunggu korban dulu baru mau bergerak?” kata Dani, salah satu warga setempat dengan nada kesal.
Kondisi tiang yang rubuh tersebut membuat warga cemas, terutama karena banyak anak sekolah dan kendaraan yang melintas di jalan sempit itu. Kekhawatiran itu disampaikan juga oleh warga lainnya, Suryana, yang mengatakan, “Kami takut tiang ini menimpa anak-anak sekolah atau pengendara. Apalagi kalau malam hari, kondisinya tidak terlalu kelihatan.”
Lebih parah lagi, banyak tiang Telkom lainnya di wilayah Pekojan yang juga terlihat rapuh dan dibiarkan tanpa perawatan. Warga mendesak agar Telkom segera melakukan penyisiran dan peremajaan infrastruktur, sebelum jatuh korban.
“Kami sudah lapor ke CRM, 147, bahkan pihak kelurahan. Tapi tetap tidak ada tanggapan. Tiangnya sudah rubuh dan hanya tertahan kabel, ini darurat,” tegas salah seorang warga.
Kondisi ini menjadi bukti lemahnya respons pelayanan publik dari pihak Telkom terhadap infrastruktur yang membahayakan keselamatan masyarakat. Warga berharap Telkom segera turun tangan memperbaiki tiang yang rusak serta mengevaluasi sistem pengaduan yang selama ini dinilai hanya menjadi formalitas.
(Pray)