Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 7 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
Keputusan Rasulullah ﷺ Memberangkatkan Pasukan dalam Cuaca Panas yang Sangat Cermat
Orang-orang Romawi tahu bahwa pasukan Muslim sudah berdiam di Tabuk. Hal ini membuat semangat mereka luntur dan menyebabkan perpecahan. Rasulullah ﷺ tinggal di sana selama 20 hari untuk menakut-nakuti musuh dan menerima utusan. Keberhasilan pasukan Muslim dalam menggoyahkan mental pasukan Romawi membuat pamor Islam semakin melonjak.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Allāhumma ṣalli ‘alā Muḥammad wa ‘alā āli Muḥammad
Perang Tabuk
Setelah penaklukan Kota Makkah, hanya tersisa satu musuh besar kaum Muslimin, yaitu Romawi. Sebagai negara adidaya pada masa itu dan berbeda akidah, Romawi sangat berpotensi menghalangi dakwah Islam.
Mereka pasti ingin membalas kekalahan mereka pada Perang Mu’tah. Kaisar Romawi saat itu sangat tercoreng namanya. Betapa tidak, pasukan Muslim yang hanya berjumlah 3.000 orang berhasil menggentarkan Romawi yang mengerahkan 200.000 tentara.
Orang-orang Romawi tahu bahwa seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan Islam. Banyak kabilah Arab yang mulai memeluk agama ini.
Dampak Perang Mu’tah
Dampak Perang Mu’tah sangat besar. Banyak kabilah Arab yang mulai berniat memerdekakan diri. Romawi pun merasa cemas. Mereka berencana menghabisi pasukan Muslim di kandang mereka sendiri, yakni Madinah al-Munawwarah.
“Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab akan hancur,” pikir Kaisar Heraklius.
“Tidak ada jalan lain kecuali menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya.”
Romawi pun menyiapkan pasukan besar, dipimpin langsung oleh Kaisar Heraklius. Sebanyak 40.000 pasukan disiapkan, termasuk kabilah-kabilah Arab beragama Nasrani. Mereka berencana membalaskan kekalahan Romawi pada Perang Mu’tah.
Umat Islam Sempat Cemas
Kabar keberangkatan pasukan Romawi ke Madinah beredar simpang siur. Desas-desus ini membuat kaum Muslimin resah. Bahkan Rasulullah ﷺ menjauhi istri-istrinya selama sebulan, sehingga para sahabat mengira beliau telah menceraikan mereka.
Situasi di Madinah semakin genting. Orang-orang munafik menyebarkan kabar bahwa Kaisar Heraklius telah menyiapkan 40.000 prajurit yang kini telah mencapai Balqa, wilayah yang tidak jauh dari Madinah.
Saking gentingnya, ketika seseorang dari kaum Anshar mengetuk pintu rumah, Umar bin Khattab langsung keluar seraya bertanya:
“Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?”
Saat itu adalah musim panas yang sangat terik, menjelang musim gugur yang dikenal dengan musim maut. Semua orang memilih diam di rumah atau kebun, jalanan Madinah pun menjadi sepi.
Namun tidak ada pilihan lain bagi Rasulullah ﷺ selain segera mengumumkan keberangkatan pasukan.
Orang-Orang Munafik dan Kaum Malas
Rasulullah ﷺ mengumumkan kepada kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar mempersiapkan pasukan sebesar mungkin. Namun orang-orang Arab Badui dan kaum munafik berdatangan untuk minta izin tidak ikut berperang dengan berbagai alasan. Rasulullah ﷺ mengizinkan mereka. Sebagian kaum Muslimin pun ada yang tidak ikut karena rasa malas.
Keputusan Rasulullah ﷺ
Keadaan cuaca panas justru dimanfaatkan Rasulullah ﷺ dengan sangat cermat. Jika beliau menunggu musim panas berakhir, pasukan Romawi bisa masuk lebih jauh ke wilayah Islam.
Menghadapi pasukan Romawi membutuhkan kerja keras dan biaya sangat besar. Perjalanan jauh di bawah panas matahari menuju perbatasan Romawi adalah ujian berat.
Rasulullah ﷺ pun mengajak kaum Muslimin untuk menyumbangkan harta demi perjuangan ini.
Seruan Jihad dan Respons Kaum Muslimin
Rasulullah ﷺ lebih memilih menyerang lebih dahulu. Strategi ini memiliki beberapa keunggulan:
- Leluasa menentukan sasaran.
- Dapat mundur jika situasi tidak menguntungkan.
- Pasukan penyerang lebih siap dan bersemangat daripada pasukan bertahan.
Ketika pasukan berangkat ke Tabuk, Ali bin Abi Thalib yang awalnya tinggal di Madinah, akhirnya menyusul karena tak tahan mendengar celaan orang-orang munafik.
Persiapan Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ menyerahkan Madinah kepada Muhammad bin Maslamah, dan keluarganya kepada Ali bin Abi Thalib. Panji perang diserahkan kepada Abu Bakar, sementara bendera-bendera kecil diberikan kepada kabilah-kabilah.
Rasulullah ﷺ berangkat dengan 30.000 pasukan. Kondisi ini memisahkan kaum Muslim menjadi dua:
- Kaum munafik yang menolak pergi.
- Kaum beriman yang langsung menyambut seruan jihad.
Rasulullah ﷺ juga menyeru orang-orang beriman yang memiliki kelebihan harta agar membantu mereka yang tak mampu.
Pengorbanan Kaum Muslimin
Para sahabat berlomba-lomba dalam bersedekah:
-
Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya: 4.000 dirham.
“Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?” tanya Rasulullah ﷺ.
“Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya,” jawab Abu Bakar. -
Umar bin Khattab memberikan separuh hartanya, lalu berkata:
“Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam kebaikan.”
-
Utsman bin Affan: menyumbangkan 10.000 dinar, 300 unta lengkap dengan peralatannya, dan 50 ekor kuda.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini.”
Utsman bahkan terus menyumbang hingga jumlahnya mencapai:
- 900 ekor unta
- 100 ekor kuda
- Sejumlah besar uang tunai
-
Abdurrahman bin Auf menyerahkan 200 uqiyah perak.
Kaum wanita menyerahkan perhiasan mereka, dan kaum fakir meminta untuk diikutsertakan ke medan perang.
Rasulullah ﷺ terharu namun bersabda:
“Aku tidak punya kendaraan untuk kalian.”
Mereka pun pulang sambil menangis.
Makna Harta Benda dalam Islam
Harta sangat penting. Umat Islam harus berusaha menjadi kaya raya untuk mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agama.
Namun harta adalah alat, bukan tujuan.
Tujuan sebenarnya ialah:
- Mengingat Allah ﷻ
- Menuju ridha Allah ﷻ
- Menegakkan jalan Allah ﷻ (sabilillah)
Dua Puluh Hari di Tabuk
Orang-orang Romawi tahu bahwa pasukan Muslim telah berdiam di Tabuk. Hal ini mematahkan semangat dan memecah belah mereka.
Rasulullah ﷺ tinggal selama 20 hari untuk menakuti-nakuti musuh dan menerima utusan. Hasilnya, pamor Islam meningkat pesat.
Beberapa kabilah Arab tunduk, termasuk Yuhannah bin Ru’bah, pemimpin Ai’lah. Rasulullah ﷺ membuat perjanjian damai dan menjamin keamanan darat dan laut bagi kabilah-kabilah tersebut.
Shallu ‘alan Nabi…
BERSAMBUNG ke bagian 144
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri