Jakarta, infoDKJ.com| Jumat, 20 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH
KHOTBAH DI HARI NAHR (PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Pada hari Kurban
Tanggal 10 Dzulhijjah, tepatnya pada waktu Dhuha, Nabi saw. menyampaikan pidato dari atas tunggangannya yang ditirukan Ali dan lain-lain dengan suara lantangnya kepada orang banyak.
Sementara sidang hadirin ada yang duduk dan ada yang berdiri. Di dalam khutbahnya, Rasulullah mengulangi beberapa hal yang telah disampaikan kemarin.
(Hadits: Bukhari dan Muslim)
Telah meriwayatkan dari Abi Bakarah dengan katanya:
Bahwa Rasulullah ﷺ telah menyampaikan kepada kami di hari Nahr (penyembelihan) dengan sabdanya:
"Sesungguhnya peredaran waktu sudah berjalan pada sumbunya yang asal dan menepati putaran sesuai pada hari penciptaan langit dan bumi.
Setahun dua belas bulan, empat darinya adalah bulan haram, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaedah, Dzulhijjah, dan Muharam. Sedang sebulan lagi ialah bulan Rajab, yang ada di antara Jamadilakhir dan Sya`ban."
Rasulullah bertanya:
"Ini bulan apa?"
Jawab hadirin: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Rasulullah ﷺ pun diam sesaat, sampai kami mengira Rasulullah akan menamakannya dengan satu nama lain.
"Tidaklah, ini bulan Dzulhijjah?"
Jawab kami: "Benar."
Tanya Rasulullah lagi: "Negeri ini, negeri apa?"
Jawab kami: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Sabda Rasulullah: "Tidakkah, negeri ini dikenali sebagai Baldah?"
Kata kami semua: "Benar."
Tanya Rasulullah lagi: "Kita ini di hari apa?"
Kata kami: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Rasulullah berdiam sejenak hingga kami menyangka Rasulullah akan menukar dengan nama baru.
Kemudian sabda Rasulullah:
"Tidakkah hari ini hari Nahr, hari sembelihan qurban?"
Jawab kami: "Benar."
Selanjutnya Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya darahmu, hartamu, dan harga dirimu adalah haram atas kamu sekalian, sama seperti haramnya harimu ini, di bumimu ini dan di bulanmu ini.
Dan kamu akan menemui Tuhanmu, dan Tuhanmu akan bertanya kepadamu mengenai amal-amalmu. Ingatlah, agar jangan sekali-kali kamu menjadi sesat setelah kepergianku nanti, di seuntukan kamu saling bunuh sendiri kepada sesama."
"Tidakkah telah aku sampaikan?"
Jawab mereka: "Ya, Rasulullah!"
Kata Rasulullah ﷺ:
"Ya Allah, ya Tuhanku, saksikanlah. Akankah yang hadir di antara kamu ini akan menyampaikan kepada yang tidak hadir? Karena bisa jadi yang menyampaikan itu lebih memahami daripada yang mendengar."
(HR. Bukhari)
Rasulullah tinggal di Mina selama hari-hari tasyrik,
Mengerjakan ibadah dan mengajarkan hukum-hukum syariat, memberikan tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayah dari ajaran Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya.
Rasulullah ﷺ juga menyampaikannya di tengah hari-hari tasyrik.
Dari Abu Daud dengan sanad hadits hasan, riwayat Sarra’ binti Nubhan telah berkata:
"Rasulullah ﷺ telah menyampaikan sabdanya di hari tasyrik itu dengan mengatakan:
'Tidakkah hari ini, hari tengah di antara hari-hari tasyrik?'
Sabda Rasulullah itu seperti sabdanya di hari 'Nahr'."
Sabda ini disampaikan setelah diturunkan surah An-Nasr:
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat."
(QS. An-Nasr: 1–3)
Di hari Nafar Thani, yaitu hari ke-13 Dzulhijjah,
Rasulullah ﷺ keluar dari Mina bergerak menuju ke dataran tinggi Bani Kinanah di suatu kawasan tanah lapang. Rasulullah menghabiskan sisa hari di situ hingga ke malamnya.
Besoknya, setelah Rasulullah ﷺ menunaikan sholat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’, beliau berbaring sejenak. Lalu kemudian berdiri dan berjalan menuju ke Ka’bah. Di sana Rasulullah melakukan thawaf wada’.
Setelah selesai mengerjakan ibadah hajinya, Rasulullah ﷺ tanpa beristirahat lebih dahulu menaiki untanya dan pulang ke Madinah.
Ini dilakukan agar memberi kesempatan kepada mereka untuk beristirahat, karena akan meneruskan kembali berjuang di jalan Allah nantinya di Madinah.
Unit Terakhir Pengiriman Satuan Perang
Romawi yang masih berkuasa terus berusaha membungkam dakwah Islam. Sikap dan keangkuhan kerajaan Roma yang tidak mau menerima kehadiran Islam di negaranya membuat mereka dengan kejam membunuh rakyatnya yang memeluk agama Islam, sebagaimana tindakannya kepada Farwah bin Juzami, Gubernur yang dilantik oleh Roma untuk daerah Maan, yang dibunuh karena memeluk Islam.
Karena kecongkakan orang-orang Romawi inilah, Rasulullah melihat peristiwa ini sangat serius. Atas sikap Roma yang sombong dan keras kepala itu, Rasulullah segera mempersiapkan satu angkatan yang besar pada bulan Safar tahun ke-11 Hijriah.
Usamah bin Zaid, yang masih muda, telah diberi tanggung jawab untuk memimpin angkatan ini.
Rasulullah memerintah agar Usamah memasuki perbatasan Balqa’ dan Darom di bumi Palestina dengan tujuan untuk menggertak Roma dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang berbatasan dengan Roma.
Di samping itu, agar mereka mengetahui bahwa kebiadaban Roma itu tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja, serta untuk menghapus sindrom yang konon katanya memeluk Islam hanya akan membawa kematian.
Masyarakat menyebut-nyebut tentang Usamah bin Zaid karena dia merupakan pemimpin tentara Islam yang masih muda. Bahkan mereka kasak-kusuk, tidak mau bergabung, dan mengharapkan agar ditunda keberangkatannya.
Mengenai hal ini, Rasulullah ﷺ mengulas dengan sabdanya yang bermaksud:
"Sekiranya kamu mempersoalkan kepemimpinannya berarti kalian mempersoalkan kepemimpinan bapaknya yang terdahulu. Demi Allah, meskipun kepemimpinannya dipertikaikan, namun dia adalah layak untuk tugas. Bapaknya yang terdahulu adalah orang kesayanganku, dan dia juga di antara orang kesayanganku setelah bapaknya."
(HR. Bukhari)
Oleh sebab itu, masyarakat pun mulai berkumpul di sekeliling Usamah bin Zaid yang sedang menyertai barisan tentaranya. Akhirnya, mereka semua bergerak hingga sampai di persinggahan Al-Jurf, tidak jauh dari Madinah.
Ketika tentara Islam ada di sana, mereka menerima berita tentang Rasulullah ﷺ jatuh sakit. Berita ini telah membuat mereka ragu untuk meneruskan perjalanan ke Roma agar mereka dapat mengetahui ketetapan Allah.
Pasukan ini menunda keberangkatannya hingga Rasulullah ﷺ wafat.
Dengan izin dan takdir Allah, tentara pimpinan Usamah ini merupakan pengiriman pasukan pertama pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Shallu ‘alan Nabi…
Bersambung ke bagian 156...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri