Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 21 Juni 2025
PERIODE MADINAH
KISAH RASULULLAH ﷺ
SAAT-SAAT RASULULLAH ﷺ AKAN MENINGGALKAN UMATNYA
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Firasat Akan Berpisah Selamanya dengan Rasulullah ﷺ
Dua hari sudah Rasulullah ﷺ berada dalam perawatan Aisyah r.a. Pada hari Rabu, yaitu lima hari sebelum meninggal, panas badan Rasulullah semakin meningkat. Beliau ﷺ semakin bertambah sakit dan pening, sehingga keadaannya sangat lemah. Para sahabat terkejut.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya aku akan pergi menemui Allah SWT.
Dan sebelum aku pergi,
Aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia.
Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua:
Adakah aku berhutang kepada kalian?
Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut.
Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah SWT dalam keadaan berhutang dengan manusia."
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad
Tanda-Tanda yang Telah Kelihatan
Setelah dakwah Islamiah sempurna dan Islam menguasai keadaan, maka tanda-tanda serta bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan kepada manusia mulai nampak dalam ungkapan dan perbuatan Rasulullah ﷺ, sebagai berikut:
- Pada bulan Ramadhan tahun ke-10 Hijriah, Rasulullah ﷺ beriktikaf di masjid selama 20 hari, padahal sebelumnya hanya 10 hari.
- Rasulullah ﷺ diuji hafalannya oleh Jibril a.s. untuk mengulang tadarus Al-Qur’an sebanyak dua kali. Peristiwa ini membuat para sahabat bertanya-tanya.
- Mereka pun teringat pesan Nabi ﷺ saat Haji Wada’:
“Aku tak tahu pasti, kemungkinan aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah pertemuan kita tahun ini.”
- Ketika di Jamrah Aqabah, Rasulullah ﷺ berkata:
“Ambillah ibadah haji ini dariku. Bisa jadi aku tidak akan mengerjakan haji lagi setelah tahun ini.”
Pada Hari Tasyrik, surat an-Nasr diturunkan. Dari surat tersebut, Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa itu adalah tanda perpisahan dan pemberitahuan tentang wafatnya:
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.”
(QS. An-Nasr: 1–3)
Tanda-Tanda di Awal Bulan Safar Tahun ke-11 Hijriah
-
Rasulullah ﷺ keluar menuju Uhud, dan shalat untuk para syuhada layaknya orang yang hendak berpisah.
-
Kembali ke masjid, beliau naik mimbar dan bersabda:
“Sesungguhnya aku telah berbuat keras kepadamu.
Sesungguhnya aku melihat kamu semua. Demi Allah, waktu ini aku sedang menyaksikan kolamku.
Aku telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi.
Sesungguhnya aku tidak takut kalian menyekutukan Allah setelah kematianku.
Tetapi aku takut kalian berlomba-lomba karena dunia.” -
Di suatu malam, Rasulullah ﷺ keluar menuju pemakaman Baqi’ dan mendoakan mereka:
“Assalamu’alaikum wahai penghuni kubur. Apa yang kalian hadapi di sana menjadi ringan, sama seperti yang dihadapi manusia. Fitnah datang seperti malam yang gelap gulita, yang akhir akan menuju yang awal.”
Permulaan Rasulullah ﷺ Sakit
Pada hari Senin, 29 Safar tahun ke-11 Hijriah, Rasulullah ﷺ menghadiri pemakaman di Baqi’. Sekembalinya dari sana, beliau merasa sakit kepala luar biasa dan panas badannya tinggi hingga menembus kain di kepalanya. Para sahabat membawa beliau ke rumah Maimunah r.a.
Penderitaan Rasulullah ﷺ makin parah pada hari Kamis. Beliau menggigil, peluh bercucuran, dan beberapa kali mengucap:
“La Ilaha Illa Allah.”
Ibnu Mas’ud menjenguk Rasulullah ﷺ dan berkata:
“Wahai Rasulullah, engkau tampak menderita.”
Rasulullah ﷺ menjawab:
“Penderitaan yang kualami saat ini dua kali lipat dari yang dialami oleh seseorang di antara kalian.”
“Itu karena engkau akan mendapat pahala dua kali lipat,” kata Ibnu Mas’ud.
“Benar. Setiap orang diuji berdasarkan kesungguhannya dalam beragama.”
Pekan Terakhir Kehidupan Rasulullah ﷺ
Tiada tanda kesembuhan. Panas badan Rasulullah ﷺ tidak kunjung reda. Beliau bahkan bertanya:
“Di mana aku menginap besok? Di mana giliranku besok?”
Para istri memahami maksud pertanyaan itu dan membolehkan beliau memilih. Rasulullah ﷺ akhirnya memilih tinggal di rumah Aisyah r.a., dipapah oleh Fadhl bin Abbas dan Ali bin Abi Thalib. Di sanalah beliau menghabiskan sisa umurnya.
Aisyah r.a. membacakan surah-surah Mu’awwidzat (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) dan meniupkan ke tubuh Rasulullah ﷺ.
Lima Hari Sebelum Meninggal
Rasulullah ﷺ berkata:
“Siramkan kepadaku tujuh gayung air dari berbagai telaga agar aku dapat keluar menemui orang banyak.”
Air didatangkan, dan Rasulullah ﷺ disiram perlahan hingga seluruh tubuhnya basah.
“Cukup, cukup,” ucap beliau.
Setelah merasa sedikit segar, Rasulullah ﷺ masuk ke masjid dipapah dua sahabatnya. Beliau duduk di atas mimbar, lalu bersabda:
“Laknat Allah kepada kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur nabi mereka sebagai tempat ibadah.”
“Allah mengutuk mereka... Jangan kamu jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah.”
Beliau lalu memanggil Bilal untuk mengumpulkan para sahabat. Ketika masjid penuh, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai sahabat-sahabatku semua. Aku ingin bertanya: apakah telah aku sampaikan bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah?”
Sahabat menjawab:
“Benar wahai Rasulullah.”
“Engkau telah menyampaikan kepada kami bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan.”
“Persaksikanlah ya Allah, sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka,” lanjut Rasulullah ﷺ.
Permintaan Qishash Rasulullah ﷺ
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata:
“Sesungguhnya aku akan pergi menemui Allah SWT.
Dan sebelum aku pergi,
Aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia.
Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua:
Adakah aku berhutang kepada kalian?
Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut.”
“Siapa yang punggungnya pernah aku pukul, ini punggungku silakan membalas.
Siapa kehormatannya pernah aku lecehkan, ini kehormatanku silakan membalas.”
Sahabat-sahabat terdiam. Dalam hati mereka berkata:
“Mana mungkin Rasulullah berhutang kepada kita? Kamillah yang banyak berhutang kepada beliau.”
Rasulullah ﷺ mengulangi pertanyaannya tiga kali.
Tiba-tiba seorang berkata:
“Engkau mempunyai tanggungan tiga dirham kepadaku.”
“Berikanlah kepadanya, wahai Fadhl,” jawab Rasulullah ﷺ.
Fadhl adalah saudara sepupu Rasulullah ﷺ.
Dalam kisah lain, sahabat bernama Ukasyah, yang dulunya preman sebelum masuk Islam, berkata:
“Ya Rasulullah… Aku ingin sampaikan sesuatu. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta diselesaikan. Jika bukan, maka tak perlulah engkau berbuat apa-apa.”
Shallu ‘alan Nabi...
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 157...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri