Jakarta, infoDKJ.com | Minggu, 31 Agustus 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Ucapan adalah cermin hati. Apa yang keluar dari mulut sesungguhnya lahir dari isi pikiran dan perasaan seseorang. Pepatah bijak mengatakan, “Mulutmu, harimaumu.” Maksudnya, perkataan yang kita ucapkan bisa menjadi penyelamat, tetapi juga bisa mencelakakan diri sendiri.
Allah ï·» berulang kali mengingatkan manusia tentang pentingnya menjaga lisan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
(QS. Al-Isra’: 53)
Ayat ini menegaskan bahwa perkataan haruslah baik, menenangkan, dan bermanfaat. Sebab, setan sering memanfaatkan ucapan untuk menimbulkan pertengkaran dan perpecahan.
Peringatan Rasulullah ï·º tentang Lisan
Rasulullah ï·º banyak memberikan peringatan terkait ucapan. Dalam hadits sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, beliau bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menekankan dua pilihan utama: berkata baik atau memilih diam. Karena ucapan yang buruk, meski sepele, dapat menyakiti hati, menimbulkan fitnah, bahkan membawa dosa besar.
Lebih jauh, Rasulullah ï·º juga bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang diridai Allah, tanpa ia menganggapnya penting, namun Allah akan mengangkat derajatnya dengannya. Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai Allah, tanpa ia menganggapnya penting, namun ia terjerumus karenanya ke dalam neraka Jahannam.”
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad)
Hadits ini mengajarkan bahwa satu kalimat saja dapat mengangkat derajat kita di sisi Allah, atau justru menjerumuskan ke dalam murka-Nya.
Kesimpulan
Lisan adalah amanah. Ia bisa menjadi sumber pahala, tetapi juga bisa menjadi sumber dosa. Luka karena pisau bisa sembuh, tetapi luka akibat ucapan buruk dapat membekas sepanjang hidup.
Karena itu, mari kita berhati-hati dalam berbicara. Timbanglah setiap kata sebelum keluar dari mulut: apakah membawa manfaat, atau justru mudarat. Dengan menjaga lisan, kita bukan hanya menjaga hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga menjaga kehormatan diri di hadapan Allah ï·».