Jakarta, infoDKJ.com | Selasa, 12 Agustus 2025
Ketika sebagian media internasional dan narasi politik mengarahkan pandangan dunia pada 7 Oktober 2023 sebagai “awal mula kekerasan” di Palestina, sejarah berkata sebaliknya. Luka bangsa Palestina telah menganga jauh sebelum itu — puluhan tahun lamanya, bahkan sebelum generasi sekarang dilahirkan.
Sejak dekade 1930-an, rakyat Palestina telah menjadi korban agresi, pengusiran, perampasan tanah, dan pembantaian. Nyawa melayang bukan karena perang antarnegara, tetapi karena penjajahan yang terencana. Anak-anak, perempuan, dan warga sipil menjadi korban, meninggalkan kisah-kisah kehilangan yang tak pernah mendapat keadilan.
📜 Jejak Luka Sebelum 1987
Bahkan sebelum Hamas berdiri pada 1987, setidaknya 16 peristiwa besar telah merenggut banyak nyawa warga Palestina. Dari Insiden Haifa 1937 hingga Tragedi Sabra & Shatila 1982, darah rakyat Palestina telah tumpah selama 26 tahun penuh tanpa henti.
Itu belum termasuk blokade, pengusiran massal, dan penghancuran desa-desa yang terjadi di sela-sela peristiwa tersebut.
Setelah 1987, deretan tragedi semakin panjang: Pembantaian di Masjid al-Aqsa 1990, Serangan Jenin 2002, hingga pembantaian berulang di Gaza pada 2008–2009, 2012, 2014, 2018–2019, 2021, dan kini genosida yang berlangsung sejak 2023 hingga 2025.
Hari ini, di Gaza, rumah-rumah telah rata dengan tanah, rumah sakit runtuh, sekolah kosong, dan pemakaman kehabisan tempat.
💔 Lebih dari Sekadar Angka
Di balik setiap tanggal, ada wajah-wajah yang pernah tersenyum, ada keluarga yang pernah utuh, ada mimpi yang pernah tumbuh. Seorang ayah yang kehilangan seluruh anaknya dalam semalam. Seorang ibu yang hanya memeluk potongan kain sebagai kenangan terakhir. Anak-anak yang belajar menghitung bukan dengan angka, tapi dengan jumlah roket yang melintas di langit.
Inilah kenyataan yang jarang diceritakan narasi arus utama. Inilah alasan mengapa menyempitkan sejarah Palestina hanya pada satu tanggal adalah penghinaan terhadap ribuan korban yang telah gugur sebelumnya.
⚠️ Narasi yang Menyesatkan
Narasi “semuanya bermula pada 7 Oktober 2023” adalah strategi propaganda yang membelokkan sejarah. Dengan memotong rentang waktu, pelaku kekerasan mencoba menghapus jejak panjang penjajahan, menghilangkan konteks, dan memutarbalikkan siapa yang benar-benar menjadi korban pertama.
📢 Kita Tidak Boleh Lupa
Sejarah Palestina bukanlah satu titik, melainkan garis panjang penderitaan yang diwarnai perlawanan, ketabahan, dan harapan. Mengingat dan menceritakan kebenaran adalah bagian dari perjuangan itu.
Selama dunia masih membiarkan dusta mengaburkan fakta, penderitaan akan terus berulang.
Selama dunia masih diam, Gaza akan terus berduka.
Dan selama kita masih peduli, masih ada harapan bahwa suatu hari, anak-anak Palestina akan tertawa lagi — di tanah yang benar-benar merdeka.
Sumber: Pecinta Al-Aqsha