Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 29 September 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Doa sering dipahami sebagai sarana untuk memohon kepada Allah agar keinginan kita terkabul. Namun sejatinya, doa bukan sekadar “meminta lalu menunggu dikabulkan.” Lebih dari itu, doa adalah seni melepaskan beban hati dan wujud kepasrahan seorang hamba di hadapan Sang Pencipta.
Ketika seseorang berdoa, ia sebenarnya sedang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Hasil akhir dari doa bukan hanya pada terkabulnya permintaan, melainkan juga pada lahirnya ketenangan jiwa dari keyakinan bahwa Allah senantiasa mendengar.
Doa Sebagai Tanda Kepasrahan
Allah ï·» berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah: 186)
Ayat ini menegaskan bahwa doa selalu didengar Allah. Namun, jawaban-Nya tidak selalu sama dengan keinginan kita. Bisa jadi Allah langsung mengabulkan, bisa ditunda hingga waktu terbaik, atau bahkan diganti dengan sesuatu yang lebih baik.
Kepasrahan dalam doa ibarat daun yang jatuh ke sungai: tidak menolak arus, tidak memaksa arah, namun yakin bahwa arus itu akan membawanya pada tujuan yang Allah tentukan.
Doa Tidak Pernah Sia-Sia
Rasulullah ï·º bersabda:
“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak memutus silaturahim, melainkan Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara: (1) Allah segera mengabulkan doanya, (2) Allah menyimpannya sebagai pahala di akhirat, atau (3) Allah menolak keburukan yang semisal dengannya.”
(HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban)
Hadits ini mengajarkan bahwa doa tidak pernah sia-sia. Bahkan jika tidak terkabul sesuai harapan, doa tetap membawa kebaikan. Ada kalanya doa menjadi penghalang musibah, atau menjadi tabungan pahala di akhirat.
Inilah seni melepaskan dalam doa: menyerahkan hasil pada Allah, karena hanya Dia yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Pasrah yang Melahirkan Ketenangan
Seringkali doa kita diiringi tangisan dan suara bergetar. Namun, kepasrahan tertinggi justru hadir dalam diam yang mendalam—diam yang lebih kuat daripada ribuan kata.
Allah ï·» berfirman:
“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
(QS. At-Thalaq: 3)
Doa yang disertai tawakkal akan melahirkan ketenangan. Ketenangan itu lahir dari pengakuan tulus bahwa kita hanyalah manusia terbatas, sementara Allah adalah Zat yang menguasai segalanya.
Penutup
Doa bukan sekadar permintaan yang menunggu jawaban, melainkan perjalanan spiritual untuk mengakui kelemahan diri dan menyerahkan segalanya kepada Allah.
Manusia terbaik adalah mereka yang berusaha sekuat tenaga, lalu memasrahkan hasilnya kepada Allah dengan penuh keimanan.
Dengan demikian, setiap doa yang kita panjatkan adalah jembatan menuju ketenangan hati. Sebab, meskipun tidak semua doa terjawab sesuai keinginan, jawaban Allah selalu lebih indah daripada rencana manusia.