Jakarta, infoDKJ.com | Selasa, 30 September 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Hati adalah cermin. Bila cermin itu dipenuhi debu dan noda, mustahil ia mampu memantulkan cahaya. Demikian pula hati manusia; ia tidak akan bercahaya selama masih diselimuti bayangan dunia, syahwat, kelalaian, serta dosa yang belum disucikan dengan taubat.
Ibn ‘Athaillah dalam Al-Hikam pasal ke-13 mengingatkan, menjauh dari keramaian (uzlah jasad) saja tidaklah cukup bila hati masih sibuk dengan dunia dan terikat pada hawa nafsu. Seorang salik yang ingin mendekat kepada Allah harus membersihkan empat perkara dari hatinya:
- Bayangan dunia – ingatan tentang harta, jabatan, atau kenikmatan duniawi.
- Syahwat – keinginan yang melalaikan dari Allah.
- Kelalaian – hati yang lupa dari dzikir dan mengingat Allah.
- Dosa – yang tidak dibersihkan dengan taubat.
Allah berfirman:
“Bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarkan kepadamu.”
(QS. Al-Baqarah: 282)
Rasulullah ï·º bersabda:
“Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.”
(HR. Ahmad)
Hikmah ini mengajarkan bahwa cahaya iman tidak akan bersatu dengan gelapnya syahwat, sebagaimana cahaya tidak mungkin menyatu dengan kegelapan. Hanya hati yang bersih dengan dzikir, takwa, dan taubat yang akan bercahaya—hingga mampu menangkap rahasia hikmah yang halus.