Tulisan ini dipersembahkan untuk anak-anak yang ada didunia ini
Ibu...
Engkaulah rahmat Allah yang hidup di bumi.
Sembilan bulan kau mengandung dalam sabar dan doa, menanggung sakit dari setiap gerak kecil di rahimmu — namun tak pernah sekalipun kau mengeluh.
Kau berjuang di antara hidup dan mati saat melahirkan, tapi begitu bayi kecilmu lahir, senyum syukur menghiasi wajahmu.
Sakitmu sirna oleh tangis pertama yang bagimu terdengar seperti zikir dari surga.
Ibu...
Tidurmu tak pernah benar-benar nyenyak.
Tangisan bayimu di malam hari memanggilmu untuk terjaga,
dan kau datang dengan cinta yang tak mengenal lelah.
Air susumu menjadi rezeki yang Allah titipkan,
dan pelukmu menjadi tempat paling aman di dunia.
Ibu...
Setiap pagi kau bangun sebelum fajar,
berwudhu, lalu bersujud lama —
mendoakan anakmu agar menjadi hamba yang saleh, berguna bagi sesama, dan dijauhkan dari jalan yang sesat.
Kau tak meminta balasan, hanya ridha Allah dan kebahagiaan anak-anakmu.
Ibu...
Ketika anakmu tumbuh remaja dan dewasa,
kau tetap berjuang, meski kini sendirian setelah ayah berpulang.
Kau sembunyikan sedihmu di balik senyum,
dan hanya Allah yang tahu betapa berat hatimu.
Doamu tak pernah berhenti mengalir —
setiap sujud, setiap malam, setiap helaan napas.
Ibu...
Kini rambutmu memutih, langkahmu mulai goyah.
Namun bibirmu tetap berzikir, menyebut nama anakmu satu per satu.
Doa yang sama, tak berubah sejak dulu:
“Ya Allah, lindungilah anak-anakku, ampunilah dosa mereka, dan jadikan mereka orang-orang yang berbakti kepadaku.”
Kadang hatimu perih karena perhatian itu mulai jarang datang,
telepon jarang berdering, pintu jarang diketuk.
Tapi kau tetap diam — karena kasihmu lebih besar daripada rasa kecewa itu sendiri.
Ibu...
Meski tubuhmu lemah, doamu kuat menembus langit.
Engkau tak pernah meminta banyak,
hanya ingin anakmu hidup dalam ridha Allah dan tak lupa jalan pulang.
Untuk semua anak di dunia...
ingatlah firman Allah dalam Surah Luqman ayat 14:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku kembalimu.”
Dan sabda Rasulullah ﷺ:
“Surga berada di bawah telapak kaki ibu.” (HR. An-Nasa’i)
Maka, jangan tunggu waktu menua atau penyesalan tiba
untuk sekadar berkata, “Terima kasih, Ibu.”
Peluklah ibumu selagi bisa,
dengarkan ceritanya selagi ia masih ingin bercerita,
dan bahagiakan ia selagi napas masih ada.
Karena ridha Allah ada pada ridha ibu,
dan murka Allah ada pada murka ibu.
Ibu adalah semesta kecil yang Allah titipkan
agar kita belajar mencintai tanpa syarat,
dan bersyukur tanpa henti.
