Jakarta, infoDKJ.com | Selasa, 14 Oktober 2025
Penulis: Ahmad Hariyansyah (Yansen)
Rumah tangga ibarat bahtera yang berlayar di lautan kehidupan. Suami menjadi nakhoda, sementara istri dan anak-anak adalah penumpang yang bersama-sama berlayar menuju satu tujuan: kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.
Namun, tak sedikit bahtera yang kandas di tengah perjalanan karena kehilangan arah dan tujuan.
Awal pernikahan biasanya penuh dengan niat baik dan harapan indah. Dua insan berjanji untuk hidup bersama dalam cinta dan kesetiaan. Tetapi seiring waktu, sebagian mulai melupakan arah pelayaran. Tujuan yang semula suci—mencari ridha Allah—berubah menjadi sekadar mengejar kepentingan diri sendiri.
Padahal Allah telah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu kasih dan sayang.”
(QS. Ar-Rum: 21)
Badai yang Menguji Cinta
Badai ujian adalah keniscayaan dalam setiap rumah tangga. Tak ada pelayaran tanpa ombak, sebagaimana tak ada kehidupan tanpa cobaan. Allah berfirman:
“Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Pasangan yang beriman tidak lari dari badai, tetapi menghadapinya bersama dengan kesabaran dan doa.
Pentingnya Ilmu dan Iman
Banyak pasangan karam bukan karena kurang cinta, tetapi karena kurang ilmu dan bekal iman. Mereka berlayar hanya dengan perasaan, tanpa memahami petunjuk syariat. Nabi ï·º bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
(HR. Tirmidzi)
Kebaikan dalam rumah tangga bukan diukur dari ucapan manis, melainkan dari akhlak, tanggung jawab, dan kasih sayang yang nyata.
Anak sebagai Amanah
Ketika bahtera retak, anak-anak sering menjadi korban. Mereka kehilangan arah dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Rasulullah ï·º bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Menjaga keharmonisan rumah tangga berarti menjaga masa depan generasi.
Kunci Selamatnya Pelayaran
Agar pelayaran selamat, suami dan istri harus menyatukan arah menuju ridha Allah. Jadikan iman sebagai kompas, doa sebagai layar, dan kesabaran sebagai jangkar. Allah berfirman:
“Jika keduanya ingin memperbaiki hubungan, niscaya Allah akan memberi taufik kepada keduanya.”
(QS. An-Nisa: 35)
Bahtera yang berlayar dengan cinta dan iman pasti akan sampai ke pelabuhan surga.
Kesimpulan
Rumah tangga bukan sekadar kisah cinta dua insan, melainkan perjalanan spiritual menuju ridha Allah. Tanpa arah yang sama dan bekal ilmu yang cukup, kapal mudah karam. Namun, dengan iman, kesabaran, dan kasih sayang, setiap badai bisa menjadi guru yang menguatkan cinta.
Semoga setiap rumah tangga menjadi bahtera yang selamat berlayar sampai pelabuhan surga.