Oleh: Priyono J.A (Pemerhati Masalah Sosial)
Pengiriman surat dan dokumen ternyata telah dilakukan sejak 2.500 tahun sebelum Masehi, tepatnya pada masa Kerajaan Mesir Kuno. Namun, sistem layanan pos tertua secara resmi dimulai di Iran pada tahun 550 SM, yang menandai awal dari jasa pengiriman terorganisir dan menjadi inspirasi bagi perkembangan pos di seluruh dunia hingga kini.
Pada abad ke-19, perkembangan layanan pos memasuki babak baru. Sir Rowland Hill dari Inggris memperkenalkan sistem pembayaran ongkos kirim di muka melalui prangko pertama pada tahun 1840 — sebuah terobosan besar dalam dunia komunikasi.
Sementara itu, pada tahun 1863, Montgomery Blair, Kepala Kantor Pos Amerika Serikat, memprakarsai Konferensi Pos di Paris. Pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah delegasi dari Eropa dan Amerika tersebut menghasilkan prinsip-prinsip dasar pengiriman surat lintas negara, meski belum berhasil menyatukan sistem pos secara internasional.
Tonggak penting sejarah pos dunia terjadi ketika Heinrich von Stephan, seorang tokoh pos asal Jerman, mengusulkan pembentukan organisasi pos internasional. Atas sarannya, Pemerintah Swiss menyelenggarakan Konferensi Internasional di Bern pada 15 September 1874.
Konferensi yang dihadiri oleh 22 negara ini melahirkan Perjanjian Persatuan Pos Umum, yang ditandatangani pada 9 Oktober 1874. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai Hari Pos Sedunia (World Post Day).
Tiga tahun kemudian, jumlah negara anggota meningkat pesat, dan pada tahun 1878, organisasi ini resmi berganti nama menjadi Universal Postal Union (UPU). Hingga kini, UPU menjadi lembaga internasional yang mengatur kerja sama sistem pos antarnegara di seluruh dunia.
Pada tahun 1969, melalui Kongres UPU di Tokyo, Jepang, ditetapkan bahwa 9 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pos Sedunia. Kini, sebanyak 190 negara anggota UPU merayakan hari tersebut sebagai bentuk penghargaan terhadap peran penting pos dalam menghubungkan masyarakat global dan memperkuat perekonomian dunia.
Memasuki era 1980-an, layanan Pos Indonesia berkembang pesat. Selain layanan pemerintah, mulai bermunculan berbagai perusahaan jasa pengiriman swasta seperti LTH Internasional, Hiba, dan JNT. Kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut menambah semarak persaingan di bidang pengiriman barang dan dokumen di tanah air.
Ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, sektor jasa pengiriman justru mengalami lonjakan permintaan. Kebijakan pembatasan sosial membuat aktivitas jual beli beralih ke platform daring (online), yang secara otomatis meningkatkan kebutuhan pengiriman barang secara luring (offline).
Perusahaan seperti JNT, JNE, dan sejumlah penyedia jasa ekspedisi lainnya menjadi tulang punggung transaksi ekonomi masyarakat di masa pandemi. Hingga kini, industri jasa pengiriman terus tumbuh pesat, menjadi bagian penting dari rantai logistik nasional.
Dari zaman Mesir Kuno hingga era digital saat ini, layanan pos telah menjadi jembatan komunikasi umat manusia. Ia bukan sekadar alat pengirim surat, tetapi simbol keterhubungan dan kemajuan peradaban dunia.
Selamat Hari Pos Sedunia!
(Disarikan dari berbagai sumber)