Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 21 November 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Peribahasa Arab mengatakan, “Berbeda dengan perut, otak tidak memberi tahu ketika ia sedang kosong.”
Perut yang kosong mudah dirasakan—lapar, perih, dan lemas. Namun otak yang kosong dari ilmu dan hati yang kosong dari iman tidak langsung terasa. Ia tetap bisa berjalan, tertawa, dan berbicara, seolah semuanya baik-baik saja. Padahal, di dalamnya hampa. Di sinilah letak bahayanya:
- Perut yang kosong melemahkan tubuh.
- Akal dan hati yang kosong menggelapkan hidup dan menyesatkan langkah.
Pentingnya Ilmu
Allah ﷻ menegaskan kemuliaan ilmu dalam firman-Nya:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
(QS. Az-Zumar: 9)
Ayat ini menegaskan bahwa mereka yang berilmu tidak sama dengan yang tidak. Ilmu menerangi jalan kebenaran, sementara kebodohan menjerumuskan kepada kesesatan.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”
(HR. Ibnu Majah)
Mengisi akal dengan ilmu bukan sekadar anjuran, tetapi kewajiban. Sebab tanpa ilmu, ibadah bisa salah, dan hidup mudah menyimpang.
Hati yang Hidup oleh Dzikir
Hati yang kosong dari iman dan dzikir akan mengeras dan jauh dari Allah ﷻ.
Allah berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Dzikir menghidupkan hati. Ilmu menerangi akal. Dengan keduanya, manusia mampu berjalan lurus menuju ridha Allah.
Penutup
Perut yang kosong hanya membuat tubuh lemah.
Namun akal dan hati yang kosong dapat merusak dunia sekaligus akhirat.
Maka, isi perutmu secukupnya, tetapi isi akal dan hatimu tanpa batas dengan ilmu, dzikir, dan hikmah.
Sebab kelaparan ilmu jauh lebih berbahaya daripada kelaparan nasi.


