Jakarta, infoDKJ.com | Jum'at, 14 November 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Dalam kehidupan, kita sering menyaksikan orang yang bergelimang maksiat justru hidup dalam kemewahan, sementara hamba Allah yang taat kerap diuji dengan berbagai kesulitan. Hal ini membuat sebagian orang bertanya-tanya: “Mengapa Allah seakan tidak adil?”
Padahal ada sebuah rahasia besar di baliknya, yaitu istidraj.
Apa Itu Istidraj?
Istidraj adalah keadaan ketika Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seseorang yang terus berada dalam dosa, bukan sebagai bentuk kasih sayang, tetapi sebagai penundaan azab. Nikmat itu menjadi jebakan halus yang membuat mereka semakin jauh dari Allah.
Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, Kami akan menarik mereka secara berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.”
(QS. Al-A’raf: 182–183)
Ayat ini menegaskan bahwa istidraj bekerja secara bertahap—pelaku maksiat merasa aman dan nyaman, padahal menuju kehancuran.
Kisah Qarun: Simbol Istidraj dalam Kekayaan
Qarun adalah contoh manusia yang tertipu oleh harta. Kesombongannya membuatnya menolak kebenaran dan merasa paling berkuasa. Hingga akhirnya Allah membinasakannya bersama kekayaan yang ia banggakan.
“Maka Kami benamkanlah dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi…”
(QS. Al-Qashash: 81)
Kekayaan yang ia kira sebagai bukti kemuliaan justru menjadi penyebab kehancurannya.
Hadits Tentang Istidraj
Rasulullah ï·º bersabda:
“Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba padahal ia terus menerus dalam maksiatnya, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj.”
(HR. Ahmad dan Thabrani, dinyatakan hasan oleh Al-Albani)
Hadits ini menegaskan bahwa tidak semua nikmat dunia adalah tanda cinta Allah—kadang itu hanyalah penundaan siksa.
Sabar dalam Ujian, Jangan Iri pada Pelaku Maksiat
Seorang mukmin tidak sepatutnya iri kepada ahli maksiat yang hidup mewah. Dunia bukan ukuran kemuliaan. Rasulullah ï·º bersabda:
“Seandainya dunia itu sebanding dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah, niscaya Dia tidak akan memberi minum seteguk pun kepada orang kafir.”
(HR. Tirmidzi)
Dunia begitu kecil nilainya, sehingga tidak layak dijadikan standar kebahagiaan.
Penutup
Istidraj adalah jebakan halus dari Allah. Kenikmatan dunia yang diberikan kepada pelaku maksiat bukanlah tanda cinta, tetapi azab yang ditunda. Karena itu, seorang mukmin harus selalu waspada: lebih baik diuji namun tetap dekat dengan Allah, daripada hidup mewah namun jauh dari-Nya.
Allah mengingatkan:
“Janganlah kamu tertipu oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka adalah neraka Jahannam.”
(QS. Ali Imran: 196–197)
Semoga Allah melindungi kita dari istidraj dan selalu meneguhkan hati kita dalam ketaatan.
Aamiin.
