Kisah ini dipersembahkan buat seluruh anak yang ada didunia ini
“Seorang ibu bisa mengurus sepuluh anak,
tapi sepuluh anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu.”
Saudara-saudaraku seiman…
Kalimat di atas mungkin sering kita dengar, namun jarang benar-benar kita renungi. Kisah berikut ini semoga menjadi pengingat bagi kita semua, agar tidak pernah menunda waktu untuk berbakti kepada sosok yang paling berjasa dalam hidup kita: Ibu.
Sebuah Pertanyaan yang Menggetarkan
Suatu hari, seorang wanita duduk santai bersama suaminya. Setelah 21 tahun menikah, tiba-tiba sang istri bertanya pelan,
“Tidakkah engkau ingin keluar makan malam bersama seorang wanita?”
Suaminya terkejut.
“Wanita siapa? Aku tidak punya anak perempuan, juga bukan bersaudara dengan siapa pun.”
Sang istri tersenyum dan berkata lembut,
“Bersama seorang wanita yang selama 21 tahun belum pernah kau temani makan malam.”
Siapa wanita itu?
Ibunya.
Lupa pada Sosok yang Mendoakan Setiap Malam
Sang suami terdiam lama. Ia seperti baru disadarkan dari lamunan panjang. Dengan suara bergetar ia berkata,
“Benar juga... sudah berapa lama aku tak menemuinya?”
Hari itu juga, ia menelpon ibunya.
“Ibu, bagaimana kalau malam ini kita keluar makan malam berdua? Saya akan menjemput Ibu.”
Di seberang sana, terdengar suara lembut dan heran,
“Anakku… apakah terjadi sesuatu?”
“Tidak, Bu. Saya hanya ingin menghabiskan waktu bersama Ibu malam ini.”
Sang ibu hampir tak percaya. Tangannya bergetar. Setelah 21 tahun, anak lelakinya yang dulu ia besarkan dengan kasih dan air mata, kini mengajaknya makan malam. Ia tersenyum haru dan bersiap jauh sebelum malam tiba. Ia bahkan memberitahu para tetangga dengan bangga,
“Malam ini aku akan makan malam bersama anakku!”
Pertemuan yang Terlambat
Ketika sang anak tiba di rumah, ia melihat ibunya sudah berdiri di depan pintu. Wajahnya berseri, matanya berbinar seperti anak kecil.
“Semua orang sudah tahu aku akan pergi makan malam bersamamu,” katanya dengan senyum bahagia.
Di dalam mobil, mereka saling bercerita, mengenang masa kecil dan tawa lama. Setibanya di restoran, pelayan datang membawa menu. Ibunya memandangi tulisan di kertas itu lama sekali, lalu melirik anaknya.
Ia sudah tak bisa membaca dengan jelas.
“Bu, biar saya bacakan menunya ya?”
“Boleh, anakku. Dulu, saat kamu kecil, aku yang selalu membacakan menu untukmu. Sekarang gantian, kamu yang bacakan untukku.”
Air mata pun menetes perlahan di pipinya.
Doa yang Tak Pernah Putus
Malam itu, ibunya lebih banyak tersenyum daripada makan. Ia bahagia hanya dengan melihat anaknya di hadapannya. Saat hendak pulang, sang anak berkata,
“Bu, bagaimana kalau lain kali kita makan malam lagi?”
Sang ibu menjawab lembut,
“Ibu siap kapan pun kau memintaku.”
Namun hari-hari berlalu. Kesibukan kembali menelan sang anak. Hingga suatu hari, kabar datang: ibunya sakit keras.
Dan sebelum malam kedua yang dijanjikan tiba… sang ibu berpulang ke hadapan Allah.
Warisan dari Seorang Ibu
Beberapa hari kemudian, telepon berdering. Seorang pelayan restoran menelepon,
“Tuan, ibu Anda telah membayar lunas makan malam untuk Anda dan istri Anda. Beliau juga meninggalkan sebuah surat.”
Dengan tangan gemetar, sang anak membuka surat itu.
“Anakku tersayang,
Ibu tahu, mungkin tidak akan ada malam kedua bagi kita.
Tapi Ibu sudah menepati janji Ibu.
Malam ini, makanlah bersama istrimu,
seperti Ibu dulu pernah makan bersamamu.
Semoga dia kini menjadi tempatmu berbagi kasih, seperti dulu Ibu mencintaimu tanpa batas.”
Seketika air matanya jatuh deras. Ia menangis sejadi-jadinya.
“Ya Allah... di mana aku selama ini? Mengapa aku baru mengingatnya setelah semuanya terlambat?”
Renungan
Allah berfirman dalam Surah Al-Isra’ ayat 23–24:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya telah lanjut usia dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah membentak mereka.
Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah:
‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka sebagaimana mereka telah mendidik aku di waktu kecil.’”
Penutup
Waktu bersama orang tua tidak akan pernah kembali.
Selagi mereka masih ada, genggamlah tangan mereka, dengarkan cerita-cerita mereka, dan luangkan waktu untuk sekadar duduk bersama.
Karena kelak…
yang tersisa hanyalah penyesalan,
dan setetes air mata yang takkan mampu menghidupkan kembali senyum seorang ibu.
