Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 22 Desember 2025
Oleh: Ahmad Hariyansyah
Hari Ibu sering diperingati dan dirayakan di berbagai tempat. Namun dalam Islam, kemuliaan seorang ibu tidak terikat oleh satu hari peringatan, melainkan melekat sepanjang hayat. Ibu dimuliakan bukan karena momentum seremonial, tetapi karena pengorbanan, kasih sayang, dan tanggung jawab besar yang ia pikul sejak sebelum kelahiran hingga akhir hayatnya.
Ibu memang secara biologis adalah perempuan dewasa yang melahirkan anak. Akan tetapi, Islam memandang keibuan jauh lebih dalam: sebagai peran kemanusiaan yang sarat dengan pengorbanan fisik, emosional, spiritual, dan moral.
Mengapa Ibu Didahulukan dalam Bakti?
Islam menempatkan bakti kepada orang tua sebagai kewajiban agung setelah tauhid. Namun dalam banyak nash, ibu disebut secara khusus dan didahulukan. Allah Ta‘ala berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.”
(QS. Luqman: 14)
Ayat ini menegaskan bahwa keutamaan ibu lahir dari proses panjang yang tidak dialami oleh ayah:
mengandung dengan susah payah,
melahirkan dengan taruhan nyawa,
menyusui dengan pengorbanan fisik dan batin,
serta merawat dengan kasih tanpa batas.
Rasulullah ï·º menegaskan hal ini dalam hadis yang sangat masyhur:
Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?”
Beliau menjawab, “Ibumu.”
Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab, “Ibumu.”
Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab, “Ibumu.”
Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab, “Ayahmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tiga kali penyebutan ibu bukanlah bentuk merendahkan ayah, melainkan penegasan bahwa beban pengorbanan ibu jauh lebih berat, sehingga bakti kepadanya pun harus lebih besar.
Ibu Ideal Menurut Islam: Antara Kemuliaan dan Amanah
Kemuliaan ibu dalam Islam bukan berarti tanpa tanggung jawab. Islam memuliakan ibu, namun sekaligus memberikan amanah besar. Seorang ibu bukan hanya berhak dihormati, tetapi juga berkewajiban menjaga, merawat, dan mendidik anak-anaknya dalam iman dan akhlak.
Allah Ta‘ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
(QS. At-Tahrim: 6)
Perintah ini berlaku bagi ayah dan ibu. Maka ibu ideal dalam Islam adalah ibu yang menyadari bahwa anak bukan sekadar titipan cinta, tetapi amanah dari Allah.
Ia menyayangi, tetapi juga membimbing.
Ia mengasuh, tetapi juga mendidik.
Ia lembut, namun tetap menjaga nilai dan batasan.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang ibu adalah pemimpin di rumahnya, dan anak-anak adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Fenomena Ibu yang Menyengsarakan Anak: Luka Zaman dan Penyimpangan Fitrah
Di tengah realitas modern, kita menyaksikan fenomena yang menyayat hati: ada ibu yang menelantarkan, menyiksa, bahkan membunuh anaknya sendiri. Fenomena ini bukan alasan untuk merendahkan kemuliaan ibu, tetapi menjadi peringatan bahwa fitrah keibuan dapat rusak ketika iman, akal, dan hati terlepas dari tuntunan Allah.
Islam sangat tegas melarang segala bentuk kekerasan dan pembunuhan, terlebih terhadap anak. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu.”
(QS. Al-Isra’: 31)
Perilaku kejam terhadap anak bukanlah cerminan ajaran Islam, melainkan buah dari krisis iman, tekanan hidup, kerusakan moral, dan jauhnya manusia dari nilai-nilai ketuhanan.
Ibu Shalihah: Mulia Secara Personal dan Sosial
Ibu yang ideal menurut Islam adalah ibu yang shalihah, baik secara personal maupun sosial.
Secara personal, ia menjaga hubungannya dengan Allah melalui shalat, doa, kesabaran, dan ketakwaan.
Secara sosial, ia menjadi sumber ketenangan, kasih sayang, dan teladan akhlak bagi anak-anak serta lingkungannya.
Rasulullah ï·º bersabda:
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.”
(HR. Muslim)
Wanita shalihah—termasuk ibu shalihah—bukan hanya menghadirkan keindahan bagi keluarganya, tetapi juga melahirkan generasi yang beriman, berakhlak, dan bermanfaat bagi umat.
Penutup
Islam memuliakan ibu bukan tanpa alasan. Ia dimuliakan karena pengorbanannya, namun juga dihormati karena tanggung jawabnya. Kasih sayang ibu adalah rahmat, dan tanggung jawabnya adalah amanah.
Maka menghormati ibu bukan hanya dengan ucapan dan peringatan tahunan, tetapi dengan bakti sepanjang hayat, doa yang tak putus, serta upaya menjadi anak yang shalih—karena itulah hadiah terbaik bagi seorang ibu.
Semoga Allah menjadikan para ibu di antara kita sebagai ibu-ibu shalihah, dan menjadikan kita anak-anak yang berbakti.
Aamiin.


